Advertisement

CEK FAKTA: Benarkah Ada Pasien Dipaksa Dirawat di RS meski Negatif Corona?

Rayful Mudassir
Selasa, 21 Juli 2020 - 06:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
CEK FAKTA: Benarkah Ada Pasien Dipaksa Dirawat di RS meski Negatif Corona? Poster Bersama Lawan Corona_Stop Hoax

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Belakangan ini ada seorang pengguna media sosial yang menceritakan bahwa ayahnya ditetapkan sebagai pasien Covid-19 kendati dua tes swab sebelumnya dinyatakan negatif. Kini ayahnya dirwat di sebuah rumah sakit. 

Kisah itu dibagikan pengguna Twitter @BalqisRrzq pada Senin (20/7/2020). Dia menceritakan bahwa ayahnya telah meminta paksa keluar dari rumah sakit dan melakukan isolasi mandiri di rumah.

Advertisement

Alasannya, hasil swab milik ayahnya belum juga keluar hingga hampir tiga pekan. Kejadian ini menurutnya janggal. Pasalnya beberapa waktu sebelum masuk rumah sakit, ayahnya dua kali negatif Covid-19 tes swab.

“Ini, ayah aku ngetik buat grup keluarga ya. Pas ini posisi ayahku udah minta pulang paksa dan isolasi mandiri di rumah karena hasil swab hampir tiga minggu nggak keluar. Tapi anehnya RS kekeh kalau ayah positif Covid-19. Padahal setelah swab dari program Bu Risma ayah 2 kali negatif,” kicaunya, Senin (20/7/2020).

Balqis juga membagikan foto berisi pesan Whatsapp grup keluarga. Pada foto tersebut diceritakan bahwa ayahnya telah menelpon beberapa kerabat di Jakarta terkait pasien Covid-19.

Setelah dilakukan pengecekan melalui Dinas Kesehatan, ditemukan bahwa ayahnya masuk daftar sebagai pasien positif Corona. Dalam tulisan itu ayahnya menyebut RS Wiyung berusaha merekayasa hasil positif.

“Karena satu orang pasien positif akan turun bantuan sebesar Rp200 juta dari pemerintah. Meski tidak full karena dari atas sudah dibrakoti mbokok sithik. Nah kalau sampe meninggal akan mendapat Rp350 juta,” tulis pesan itu.

Tulisan dari foto tersebut juga mencatat bahwa pemerintah sedang menargetkan tentang 70 juta jiwa rakyat mati. Di sisi lain, anggaran Covid-19 disebut dibagi-bagi termasuk untuk ambulan setiap sekali pengantaran mendapat Rp15 juta.

Bisnis--jaringan Harianjogja.com telah berupaya menghubungi pemilih akun melalui pesan langsung atau direct messages di Twitter untuk meminta konfirmasi atas pesan tersebut. Namun hingga kini Senin (20/7/2020) malam sekitar pukul 23.00 WIB, pesan Bisnis belum dibalas.

Pada saat laporan ini ditayangkan oleh Bisnis, unggahan tersebut sudah tidak dapat diakses lagi.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Kementerian Kesehatan Busroni membantah adanya upaya pemerintah rumah sakit untuk menjadikan penanganan Covid-19 sebagai ladang bisnis.

Kan sudah dibantah oleh Pak Menteri [Menkes Terawan Agus]. Nggak ada [kasus seperti itu]. Kalau ada pengaduannya ke Halo Kemenkes 1500567,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (20/7/2020).

Dia memastikan hingga sore tadi tidak ada pelaporan masyarakat mengenai penyelewengan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit kepada pasien. Umumnya pengaduan masih berupa pertanyaan lokasi rapid test dan tata caranya.

“Lapor ke 1500567 [menggunakan kode lokal]. Kalau mau ngadu dikasi tahu. Sebutkan identitas, yang mengadu pasti dirahasiakan. Sebutkan rumah sakit di mana, apa namanya, kasusnya apa. Silakan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok dan Jadwal Donor Darah di Jogja Hari Ini, Jumat 19 April 2024

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 11:37 WIB

Advertisement

alt

Film Korea Selatan Terbaru, Jo Jung Suk Tampil sebagai Pilot Cantik

Hiburan
| Rabu, 17 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement